Bab el-Futuh; Palang Pintu Yang Jadi Saksi Bisu

Advertisemen

Salam, apa kabar kawan-kawan, pasti semua pada sehat, kalau gak, mana mungkin bisa nongkrong depan monitor dan baca tulisan ini...hehe...sorry nih kalau kepedean.

Sebetulnya saya hanya ingin sedikit bercerita, ini tentang keinginan lamaku, yang boleh dibilang udah lama terpendam, apakah itu? (eng ing eng). Ingin melihat dari dekat khazanah Keislaman peninggalan abad pertengahan yang bertebaran seantero Mesir, yang seolah menjadi saksi akan kejayaan sebuah peradaban Islam (walau cuma saksi bisu sih...:)

Pucuk dicinta ulam pun tiba, agaknya pepatah ini yang cocok untuk kejadian kemaren, setelah mendengar berita seorang sahabat yang mau pulang kampung lantaran telah selesai studynya, kembali terbersitlah keinginan terpendam ini, singkat kata, terjadilah sebuah kesepakatan untuk mengadakan tour mini lebih tepatnya ber-Backpecker ria, sebagai tanda perpisahan (maklum kita adalah Turis, tapi Turis sakurata :) karena setelah ini kita akan berpisah ribuan kilo meter dan tidak tahu kapan akan bersua lagi.

Sialnya hari yang kita tentukan bersamaan dengan hari mogoknya para supir-supir bus yang meminta kenaikan gaji, kita sempat pusing karena timing yang tidak tepat ini lantaran sudah berjam-jam berdiri di Halte, bus yang di tunggu-tunggu pun tidak kunjuang datang. Mau tidak mau, target hunting pun harus diganti, akhirnya terpilihlah kawasan Bab an-Nasr dan bab el-Futuh, yang kemudian diteruskan dengan perjalan melalui Khan Khalily dan berakhir di Kawasan Bab Zuwayla. selain murah dan ekonomis (karena dekat rumah) lokasi ini kaya akan nilai sejarah, karena merupakan peninggalan sebuah dinasti yang berhasil membuat sebuah kota yang nantinya menjadi salah satu pusat peradaban Islam.

Bab el-Futuh terletak sejajar dengan bab an-Nasr, kedua gerbang ini merupakan pintu masuk bagian utara dari kota kairo kuno, gerbang ini masih menyisakan sekitar ratusan meter tembok yang masih bisa dilihat sampai saat ini, bangunan ini masih berdiri kokoh di bilangan Gamaliya yang berdekatan dengan Husein, jika anda pergi ke Al-Azhar University dari kawasan Nasr City, maka anda akan melewati situs bersejarah ini, tepat setelah Asrama Internasional Mahasiswa Asing Al-Azhar (Madinat el-Buust) dan sebelum Darassa. Bagi mahasiswa Indonesia yang bermukim di Mesir tentunya kawasan ini tidak asing lagi, karena bisa terlihat dengan mata telanjang dari jendela Bus 80 Coret kesayangan (yang tidak tahu mengapa akhir-akhir ini semakin jarang ditemui...ups sorry keluar dari pembahasan).

Kembali ke Bab el-Futuh, jika anda memasuki wilayah gamaliya melalui rute yang telah di sebutkan diatas maka anda akan mendapatinya sebagai gerbang kedua disebelah kiri setelah Bab an-Nasr. Gerbang ini mempunyai bentuk yang khas, sebuah pintu besar diapit oleh dua menara berbentuk bulat, membelah tembok yang berdiri kokoh dan mejulang, seperti laiknya benteng yang melindungi kota-kota diabad pertengahan. Jika anda penggemar game Empire maka paling tidak anda bisa membayangkan bentuk bangunan ini (Nggak jauh beda kok :)

Gerbang ini dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah yang memerintah Mesir sekitar Tahun 940-1147 M oleh panglima perangnya yang bernama Badruddin al-Gamaly atas perintah Al-mustansir Khalifah Fatimiyah pada masa itu. Al-Gamaly sebelumnya adalah gubernur Acra di Syiria yang dipanggil oleh Khalifah untuk meredam pemberontakan yang dilakukan oleh militer Turkey.

Setelah berhasil meredam perlawanan sang pemberontak, maka tugas terakhir dari Khalifah untuk sang panglima adalah merestorasi kota kairo dan membangun ulang benteng tua kairo yang terbuat dari batu bata yang hancur akibat pertempuran, menggantikannya dengan benteng baru yang terbuat dari batu sekaligus memperluas wilayah kota kairo kuno.

Dengan mempekerjakan tiga bersaudara dari Edessa Syiria, Badrudin al-Gamaly berhasil membangun tiga buah Gerbang Utama sebagai pintu masuk kota kairo, Bab al-Futuh (Gate of Conquest) dan Bab an-Nasr (Gate of Victory) di sebelah utara dan Bab Zuwayla di sebelah selatan.
Advertisemen